Hai
namaku Kara Greesa,orang biasa memanggilku Kara tapi bukan Kara santan ya. Aku
anak gadis kedua di keluargaku. Aku memilki seorang kakak laki-laki bernama
Rahka dan adik laki-laki bernama Ferros. Aku berasal dari keluarga yang
sederhana,bukan kalangan menengah ataupun atas.
Hobiku
mendengarkan musik dengan genre pop. Disamping hobi itu ada beberapa hobi lain
yang sering aku lakukan,seperti disaat aku bingung atau bosan makan sesuatu
dirumah aku akan bereksperimen membuat suatu makanan yang terkadang aku
sendiripun bingung dengan rasanya tapi ada rasa kepuasan tersendiri ketika aku
berhasil membuatnya. Aku juga suka membaca apa lagi membaca cerita di wattpad
dan aku juga suka menonton film. Hemm sepertinya hobiku memang standar sekali
tapi itulah kesukaanku.
Ngomong-ngomong,aku
sudah menjadi seorang mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Islam di
kotaku. Tidak disangka aku berhasil mencapai posisi ini sebenarnya. Karna
perjuanganku untuk mencapainya tentu tidaklah mudah. Fisik dan rohaniku terkuras
demi masa depan,tapi tidak apa demi kesuksesanku. Seperti kata pepatah
“Bersakit-sakit dahulu,bersenang-senang kemudian.”
Sedikit
aku ceritakan tentang perjuangan yang aku jalani di kehidupanku. Pada bulan
November, pihak Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) membuat pengumuman
tentang Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan tidak lama
kemudian sekolahku mengumumkan siapa saja yang berhak mendaftar tahapan SNMPTN.
Aku bersyukur termasuk kedalam orang yang menerima hak itu dan aku tidak
menyiakannya. Sepulang sekolah setelah mengetahui pengumuman tersebut,aku
memberitahukannya kepada ibu.
Waktu
SMA aku bersekolah menggunakan sepeda motor,iya aku tau sebenarnya itu
melanggar hukum tapi kalau tidak begitu aku kebingungan untuk bersekolah.
Jangan ditiru ya teman. Sepulang sekolah setelah memarkirkan sepeda motor aku
masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan ibu.
“Ibu…
tadi di sekolah ada pengumuman yang berhak ikut SNMPTN dan aku termasuk bu,aaa
ya Allah aku seneng bu ” kataku.
“Benar
itu ra? Alhamdulillah kalau begitu,ibu ikut senang mendengarnya.” Kata ibu. “Terus
gimana kamu mau pilih universitas mana atau kamu udah menentukan? “sambung ibu.
“Hem..
masih dipikirin si bu,susah juga buat nentuiinnya “jawabku kepada ibu.
“Ya
sudah pilih yang kamu yakin dan terbaik tapi saran ibu,pilih universitas di
sini aja ya ra biar terpantau kamunya anak gadis satu-satu ibu “jelas ibu.
Setelah
memberitahu ibu, aku berpikir untuk menyiapkan pilihanku dengan yakin dan
dengan strategi karena ini seleksi nasional bukan hanya seleksi biasa. Tidak
lupa juga aku mencari tahu tentang universitas incaranku. Bersaman dengan usaha
yang aku lakukan tidak lupa juga aku berikhtiar kepada Allah.
Tidak
berselang lama dari pengumuman SNMPTN,ibuku mendapatkan informasi tentang
sekolah kedinasan di Bandung. Ibu menawarkan kepadaku siapa tahu aku tertarik.
Hem siapa yang tidak tertarik dengan penawaran sekolah kedinasan coba?
“Oiya
ra,ibu tadi dapet informasi dari tetangga katanya anaknya kuliah di Bandung,sekolah
kedinasan gitu. Kamu tertarik ngga ra? Jadiin refrensi aja dulu kalo kamu masih
bingung. “kata ibu.
“Sekolah
kedinasan apa bu? Dibawah kementrian apa? Tanyaku.
“Katanya
si dibawah kementrian sosial. “terang ibu.
“Oke
bu nanti Kara cari tahu tentang sekolah itu ya bu “jawabku.
Setelah
itu aku langsung mencari tahu tentang sekolah yang ibu katakan. Aku juga
bertanya kepada anak tetanggaku itu. Setelah mendapat berbagai informasi akupun
tertarik untuk mencoba mendaftar. Tidak lupa juga aku berkonsultasi kepada ibu.
Tidak
terasa waktu berjalan begitu cepat, untuk SNMPTN akhirnya aku memilih
universitas di kotaku. Sebenarnya aku sedikit pesimis dengan pilihanku. Ya aku
tau bahwa universitas yang aku pilih ini memiliki passing grade yang tinggi. Tapi
dorongan dari keluarga yang meyakinkan aku untuk terus maju.
“Kara
yakin kan mau kuliah disini? “tanya ibu.
“Insya
Allah yakin bu,doain ya bu “jawabku.
“Iya
pasti ayah dan ibu selalu doakan “jelas ibu.
Saat
yang ditunggu itu akhirnyapun tiba. Saat dimana pengumuman siapa yang lulus
tahap SNMPTN. Dihari itu seperti ada pisau yang tepat mengenai hati,begitu
sakit dengan fakta yang ada. Sedih,kecewa bercampur dihari itu dimana faktanya
aku gagal dalam SNMPTN. Entah bagaimana aku memberitahukan kabar ini kepada ibu
dan keluarga. Aku takut kekecewaanku berkali lipat setelah itu. Tapi keluargaku
menguatkan aku dan menyemangatiku.
“Udah
ra gapapa kalo belum lulus tahap itu kan masih ada tahap lain kan? Tetep
semangat jangan sedih terus,abis ini ibadah kamu dikuatin lagi dan lebih
berserah lagi ya “ucap ibu menyemangatiku.
Itu
kegagalan pertama yang aku rasa begitu sakit. Tidak mau jatuh terlalu lama aku
harus bangkit,benar kata ibu masih ada tahap lain. Ibarat satu pintu kesuksesan
tertutup masih ada seribu pintu lain yang terbuka.
Tidak
berselang lama LTMPT mengumumkan tahap kedua yaitu Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN) dan aku harus berusaha maksimal lagi agar lolos tahap ini. Aku bersama
temanku yang merangkap menjadi saudaraku mencoba menjadi ambisius.
“Riz
yuk ambis bareng biar masuk universitas yang sama,dan semoga kali ini jangan
gagal “ajakku kepada Rizka.
“Ayo
ra,semangat demi masa depan kita “ucapnya.
Setelah
itu aku dan dia siang malam selalu belajar. Selain belajar untuk SBMPTN aku
tidak melupakan untuk belajar sekolah kedinasan. Ya waktunya berdekatan dan
membuat pikiranku bercabang. Tidak bisa fokus pada satu tujuan. Tapi aku
berusaha semaksimal mungkin dengan keduanya.
Pelaksanaan
ujian tulis online sekolah kedinasan aku lakukan terlebih dahulu. Sebelum
pelaksanaannya ada beberapa masalah yang menjadi kendala dan itu mebuatku
panik. Tapi alhamdulillah pada saat pelaksanaannya berjalan lancar. Tidak
berselang lama pengumuman lolospun terbit. Dan lagi-lagi aku harus menelan pil
pahit. Aku gagal. Dan lagi-lagi keluargaku yang menguatkanku.
Tidak
mau bersedih lama,harapanku kini pada SBMPTN. SBMPTN diadakan pada masa pandemi
covid 19 ini membuat peraturan pelaksanaannya berubah karena harus tetap
menjalankan protokol kesehatan yang berlaku. Tapi itu tidak mematahkan
semangatku.
Pada
saat pelaksanaannya aku gugup,panik dan takut. Takut jika aku gagal kembali.
Tapi kata-kata ibu dan tanteku yang membuatku menghilangkan rasa takut itu.
“Kara
harus berani jangan takut,ini kehidupan. Gagal itu jadikan sebagai batu
loncatan buat keberhasilan nanti. Intinya don’t let fear control you, dibawa
santai aja “nasihat tante.
“Iya
benar apa kata tantemu. Kalah menang,gagal dan berhasil itu proses kehidupan “tambah
ibu.
Dengan
kata-kata itu aku yakin aku bisa. Aku pasti bisa membuat bangga mereka. Setelah
dinanti hari pengumuman itupun tiba.
“Ra
apapun nanti hasilnya harus bisa terima ya,itu usaha kamu dan kamu udah
melakukannya dengan maksimal. “kataku kepada diriku.
Aku
hanya bisa berserah kepada Allah. Apapun hasilnya, itu adalah takdir yang Allah
berikan kepadaku.
Dan
kali ini untuk kesekian kalinya takdir tidak mengizinkanku untuk menjadi salah
satu mahasiswa di universitas itu. Begitupun dengan Rizka. Kita sama-sama gagal
lagi. Rasa kecewanya melebihi daripada tidak dianggap pasangan. Dan rasanya
juga melibihi rasa gagal pertama yang aku dapat. Malam itu aku menangis
sejadi-jadinya. Dan sepertinya ibuku tidak tahan melihat anaknya menangis
seperti itu dan akhirnya ibu memelukku sambil menguatkanku.
“Udah
ya ra jangan nangis kaya gini,maafin ibu juga. Ibu lebih sedih kalo kamu kaya
gini. Kan masih ada perguruan lain kan? Kara mau daftar swasta ya nggapapa,Kara
mau kursus dulu juga nggapapa. “ucap ibu yang setelah itu disusul oleh para
tante dan omku.
“Iya
Kara,berhasil itu ngga harus di negeri juga,yang penting kamu niat pasti ada
jalannya nanti. ‘ “Jangan sedih berlanjut kaya gini,jangan jadi orang yang
pesimis, Kara itu udah hebat,mau dimanapun universitasnya asal Kara mau belajar
nantinya Kara juga berhasil menjadi orang sukses kok” tambah tante dan omku.
Setelah
mendengar ucapan keluargaku itu aku lekas menunaikan sholat dan mengadu
semuanya kepada Allah. Mungkin ibadah dan permintaanku tidak seimbang. Lebih
banyak permintaan dibanding dengan ibadahku.
Kesempatan
seolah datang lagi menghampiriku. Masih ada perguruan tinggi islam negeri yang
masih membuka pendaftaran. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Dengan izin orang tua aku mendaftar di sana.
“Ibu..
Kara mau coba daftar di perguruan tinggi islam di sini boleh ya? “tanyaku.
“Iya
silahkan Kara,mungkin rezeki kamu ada disana dan mungkin juga itu adalah
pilihan Allah buat kamu. Ibu hanya bisa berdoa “ucap ibu.
“Iya
ibu,terima kasih ya bu udah selalu dukung aku “ucapku.
“iya
sama-sama,udah jadi kewajiban ibu buat dukung apapun keputusan kamu. Semangat
ya jangan lupa ibadah. “
“Siap
ibu negara!! “
Dan
benar mungkin ini takdir yang Allah gariskan kepada hidupku. Aku berhasil lolos
di perguruan tinggi islam negeri. Dan ya sekarang perjuanganku berbuah. Aku
bertekad untuk berkuliah sungguh-sungguh agar kegagalanku sebelumnya dapat
tersembuhkan oleh kesuksesanku nanti. Aku tidak mau mengecewakan banyak orang
lagi apa lagi mengecewakan diri sendiri.
Hidup
itu proses dan perjuangan. Kamu belum berhasil kalau kamu belum merasakan
kegagalan. Hidup seperti koma ketika gagal harus ingat untuk bangkit lagi
jangan mau berhenti dititik karena berproses itu panjang. Ada lebih banyak
rintangan dan kegagala lagi dikehidupan setelah ini. Jadi tetap semangat dan
berpikir bahwa “Kamu bisa ketika kamu berpikir kamu bisa.”
Aku ucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku,keluargaku dan para teman-temanku yang sudah mau menjadi bagian dari perjalanan perjuangan hidupku sampai pada saat sekarang. Doa terbaik selalu beriringan dengan kebaikan kalian. Dan tidak lupa juga aku berterima kasih kepada Allah yang telah menggariskan takdir kehidupanku. Karena-Nya aku lebh tahu tentang menghargai perjuangan dan sabar.
Pengirim
: Rara Noermalita K.K. (rarakanza760@gmail.com) – Mahasiswi Prodi Hukum Tata
Negara Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
Ingin karya tulis Anda terpublikasi di situs web www.salamedukasi.com GRATIS, info lebih lanjut silahkan klik di sini.
0 Response to "Cerpen Hidupku Adalah Koma oleh Rara Noermalita K.K. Mahasiswi Prodi Hukum Tata Negara Institut Agama Islam Negeri Purwokerto"
Post a Comment