Ini Dia, Ciri-Ciri / Kriteria Netizen (Warganet) Yang Bijak dan Cerdas di Era Millenial

Sahabat Edukasi yang berbahagia... Seiring dengan perkembangan pesat internet dalam beberapa akhir tahun ini, istilah warganet atau netizen sudah pasti seringkali kita dengar dan baca bukan? Lalu apa sih artinya dari kata warganet dan netizen ini? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  Daring yang dapat diakses pada laman https://kbbi.kemdikbud.go.id, istilah warganet (warga internet) berarti orang yang aktif menggunakan internet. Adapun arti dari istilah kata netizen ternyata artinya sama dengan warganet.

Sehubungan dengan apa saja ciri-ciri atau kriteria warganet/netizen yang baik, berikut saya uraikan 3 (tiga) ciri/kriteria warganet/netizen yang cerdas dan bijak di bawah ini:

1. Tidak Membuat Konten Yang Berpotensi Hoax/Hoaks

Menggunakan internet dengan orientasi baik dan benar yang pertama adalah tidak membuat konten  baik yang berupa narasi/tulisan/artikel, gambar, meme, video maupun dalam bentuk lainnya yang berpotensi hoax/hoaks (informasi bohong). Dan secara lebih luas juga kita harus hati-hati dalam setiap tindakan/sikap/tingkah laku, ucapan, gerak tubuh dan lain-lain sebagainya yang sekiranya dapat menimbulkan persepsi negatif bagi yang melihatnya, ingat, bisa saja kok ketika Anda asyik berbicara lalu ada yang merekam dan mengunggahnya di internet dan lebih susah lagi ternyata kita tidak tahu siapa yang mengambil foto/merekam dan kapan dokumentasi itu diambil. Wah rumit bukan...? Inilah jaman millenial. Terlebih Anda saat ini telah dianggap sebagai public figure (tokoh publik).

2. Saring Sebelum Sharing

Jika Anda akan membagikan sebuah informasi apapun, silahkan cek dan ricek terlebih dahulu dari berbagai sumber yang terpercaya, misalnya, ada isu tentang lembaga tertentu, minimal cek dulu di website lembaga tersebut benar apa tidaknya, dan lain sebagainya.

Menurut KBBI, Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), mendefiniskan Fake news sebagai berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta. (https://id.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong)


Hati-hati sebelum membuat postingan dalam media sosial Anda, walaupun ini terlihat sepele misalnya berkomentar yang mengandung kebencian sekaligus melanggar unsur SARA (Suku Agama Ras dan Antargolongan), apapun yang dibagikan selayaknya dipertimbangkan terlebih dahulu banyak dampak negatif ataupun dampak positifnya, dan jika ternyata jelas-jelas banyak dampak negatifnya lebih baik tidak usah dibagikan, terlebih informasi sampah yang jelas-jelas hoax (hoaks/berita bohong). Bukan hanya merugikan orang lain, namun nantinya akan dapat menjadi boomerang alias menjerumuskan diri-sendiri dalam permasalahan hukum.

3. Tidak Merugikan Tugas/Kewajiban

Jangkauan internet bisa dikatakan hampir tak terbatas, dan dipastikan dalam seumur hidup kita tak akan mampu untuk membaca semua artikel, menonton semua video, dan apapun informasi yang telah beredar di internet, dikarenakan kuantitas penambahannnya setiap detiknya semakin bertambah dalam waktu yang sangat cepat. Terlebih teman-teman yang bekerja terkait dengan online, tentu pekerjaan online tersebut sangat menyita waktu offline Anda. Oleh karena itu, bagaimana kebijakan kita dalam membagi waktu se-efektif dan se-efisien mungkin sangat diperlukan.

Oleh karena itu, hal-hal real yang nyata dalam sehari-hari jangan pernah kita lewatkan seperti momen bersama keluarga, bertemu langsung dengan saudara dan teman-teman kita. Mengelola waktu khusus dalam mengakses internet adalah bijak bagi Anda, sesibuk apapun, jangan lupakan kewajiban agama, di saat-saat tertentu kita harus offline lalu beribadah, dan di saat-saat tertentu kita harus makan bersama keluarga, belajar bersama keluarga, main bersama keluarga, dan seterusnya.

Sehingga internet tidak merugikan kita, namun justru bermanfaat bagi kita, yakni dapat membantu penyelesaian pelaksanaan tugas dan kewajiban dalam bidang profesi dengan lebih baik dan berkualitas, meningkatkan pemahaman dalam bidang agama dengan banyak memperdalam pengetahuan agama dari konten-konten yang tersebar di internet, semakin terjalin komunikasi dengan handai taulan, sahabat yang secara geografis berjauhan dari tempat kita dengan media sosial kita.

Pada akhirnya, saya selaku penulis juga berusaha dengan semaksimal mungkin agar sekiranya dapat secara konsisten menjalankan 3 (tiga) ciri/kriteria di atas, maka diharapkan apapun yang terkait dengan kita di internet akan bermanfaat positif bagi warganet/netizen lainnya, dan terlebih sebagai warga negara yang baik dalam membantu kemajuan bangsa dan negara Indonesia tercinta dan kita pun sedikit banyak nantinya akan menjadi solusi bukan polusi bagi negeri ini. Aamiin... Intinya sebagai warganet/netizen yang cerdas dan bijak hendaknya setiap dari yang kita publikasikan ataupun bagikan mampu sebagai bacaan yang mencerahkan atau sebagai tontonan yang bisa menjadi tuntunan. Semoga bermanfaat dan terimakasih... Salam Edukasi...!

0 Response to "Ini Dia, Ciri-Ciri / Kriteria Netizen (Warganet) Yang Bijak dan Cerdas di Era Millenial"

Post a Comment