Cara dan Pentingnya Peran Orang Tua / Keluarga Dalam Membentuk Karakter dan Mutu Anak Bangsa

Sahabat Edukasi yang berbahagia... Buah jatuh tak jauh dari pohonnnya, sepertinya peribahasa ini tidak asing lagi bagi kita selaku orang tua yang  dalam upaya membina dan mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik atau lebih tepatnya menjadi anak-anak yang soleh soleha. Penanaman karakter sejak dini hendaknya dimulai dari lingkungan keluarga. Baik buruknya anak tergantung dari bagaimana para orang tua memperlakukan anak-anaknya.

Menurut pandangan Islam ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan oleh para calon orang tua yang mendambakan anak-anak soleh soleha. Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut: “Seseorang wanita itu dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, maka engkau akan beruntung – Hadis riwayat al-Bukhari. Jadi dengan kata lain hal pertama yang harus dilakukan oleh para calon orang tua adalah memilihkan calon ibu atau calon bapak yang baik dan taqwa untuk calon anaknya kelak.

Kedua, hendaklah membaca doa sebelum melakukan hubungan badan agar terhindar daripada gangguan syaitan. Rasulullah SAW telah mengajar kepada kita seperti dalam satu hadis Beliau bersabda: “Sekiranya seseorang di antara kamu ketika hendak mendatangi isterinya, maka hendaklah ia membaca: “Bismillah, Allahumma jannibnas Syaitana wajannibis syaitana ma razaktana.” Maksudnya: Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah syaitan daripada kami dan jauhkanlah syaitan daripada apa yang Engkau rezekikan kepada kami. Jika Allah takdirkan (dengan hubungan tersebut lahir) seorang anak, maka syaitan tidak boleh memudaratkannya.” – Riwayat al-Bukhari.

Ketiga, hendaklah mengambil berat bayi yang berada dalam kandungan ibunya. Perhatian itu sama ada kesehatan bayi yang dikandungnya, maupun sifat-sifat yang akan diturunkan daripada ibu kepada anaknya.

Keempat, seorang ibu hendaklah sadar terhadap apa yang dikerjakan agar tidak melakukan perkara buruk yang akan berpengaruh kepada bayinya nanti.

Kelima, hendaklah menerima dengan senang hati bayi yang dilahirkannya sama ada perempuan atau lelaki. Kerana ada di kalangan pasangan yang tidak suka jika lahir anak perempuan. Sikap ini adalah sifat jahiliah yang perlu dijauhi. Orang Quraisy pada zaman jahiliah apabila lahirnya anak perempuan, maka mereka membunuhnya. Begitu juga kadang-kadang Allah SWT menguji ibu dan ayah dengan anak yang kurang sempurna seperti buta, bisu, pekak. Sekiranya ibu bapa itu menerima dengan berlapang dada, maka ia tetap berasa senang. Namun, sekiranya ibu bapa tidak senang menerimanya, ia boleh membawa kepada penceraian atau pembunuhan pada anak tersebut.

Keenam, memberi nama anak yang baik. Sesungguhnya anak berhak untuk diberi nama yang baik dan bagus didengar. Nama itulah yang akan mewakili dirinya untuk kehidupannya kelak. Oleh itu, janganlah tersalah memberi nama. Janganlah diberi nama yang ada unsur menyamai dengan agama lain atau ahli maksiat dan orang yang terkenal kejahatannya. Berilah nama yang dianjurkan seperti nama yang menunjukkan perhambaan kepada Allah, nama Nabi dan orang yang salih.

Ketujuh, memberikan anak itu rasa aman dan tentram dari hal yang menakutkan dan perkara yang merusak akidahnya. Jangan suka menakut-nakuti dengan mengatakan kepadanya ada hantu kerana bisa jadi hal ini dapat merusak mental dan agamanya.

Kedelapan, memberi pendidikan agama yang cukup. Kesembilan, menjaga kesucian anak itu dengan menikahkannya sekiranya rasa perlu dan mampu untuknya.


Banyak orang tua sangat mementingkan tingginya IQ anak-anak mereka, sehingga dengan segala cara mereka berusaha merangsang pertumbuhannya pada anak mereka. Pihak sekolah juga memiliki standard IQ yang mengharuskan anak-anak tingkat dasar memiliki tingkat IQ tertentu untuk bisa diterima di sekolah. Sebaliknya soal spiritual dan juga karakter sering diabaikan dan dipandang sebelah mata. Karakter hanya dianggap sebagai pelengkap semata, bukan prioritas dalam kurikulum yang ada. Padahal karakter sangat penting dalam pembangunan pribadi anak yang tangguh, Akan menjadi sangat disayangkan apabila ada anak yang memiliki IQ yang tinggi tapi memiliki karakter yang tercela.

Hasil pencaharian dari internet mengenai ”Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Akademik Anak Dr. Martin Luther King berkata: “Intelligence plus character…that is the goal of true education” (Kecerdasan plus karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya).artinya dengan karakter yang baik seorang pasti akan memperoleh hasil dan mutu yang baik pula.

Daniel Goleman menyebutkan ternyata 80 persen keberhasilan dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (karakter), dan hanya 20 persen ditentukan oleh otak (IQ). Sementara kita tau bahwa didunia pendidikan lebih banyak mengasah kecerdasan otak dengan metode hapalan dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan dibanding karakter atau budi pekerti yang baik. Sehingga tolok ukur yang paling utama membuat mutu pendidikan menjadi berkualitas rendah.

Dalam sebuah tulisan tentang ”Pendidikan Berkarakter Sebuh Solusi Meningkatkan Mutu pendidikan” menyatakan ketidakpahaman sejak dini tentang pendidikan karakterlah pokok utama permasalahan, mengapa mutu pendidikan semakin pudar dan kualitas seolah-olah menurun.Pernyataan yang menyebutkan pandangan beberapa kelompok mengenai pendidikan. Sebagian kelompok berpendapat bahwa pendidikan kita saat ini terlalu menekankan sisi keduniawian. Sehingga banyak menghasilkan manusia-manusia yang egois, tidak memegang nilai-nilai agama, tidak menghargai perbedaan, bermental korup dan lain sebagainya. Kelompok lain berpendapat bahwa saat ini pendidikan kita terlalu menekankan sisi kemampuan otak kiri. Akibatnya, banyak manusia-manusia berprestasi secara akademik, dengan gelar yang membuat orang berdecak kagum serta jabatan yang kalau kita mengutip sedikit kata-kata Vicky dapat meningkatkan taraf  hidup kemakmuran, malah menggunakannya sebagai jembatan untuk melakukan hal-hal untuk memperkaya diri sendiri dan menyengsarahkan orang banyak bahkan negara.

Oleh sebab itu mendidik anak sejak usia dini sangatlah penting untuk masa depan anak dalam membangun pribadi dengan budi pekerti yang luhur, cerdas dan memiliki akhlak yang soleh/soleha.Cara mendidik anak usia dini atau balita yang salah akan menjerumuskan kedua orang tuanya baik di dunia dan akhirat.

Karena dunia tempat kita hidup saat ini penuh dengan tantangan yang kompleks, dunia sudah berubah, semakin kejam, menakutkan dan rusak. Gaya hidup yang dipertontonkan dunia masa kini dipenuhi oleh kekacauan moral, di mana keluarga tradisional sudah menjadi barang langka. Yang marak dan dipertontonkan di masyarakat adalah keluarga yang hancur, ayah dan ibu saling menyakiti sehingga anak jadi korban. Situasi dan kondisi seperti ini tidak dapat diatasi hanya dengan rasio atau logika semata, dibutuhkan modal yang berbeda. Dibutuhkan hikmat dan disiplin yang luar biasa untuk membangun anak-anak yang kuat menghadapi ranjau perubahan, arus informasi yang sangat deras, obat-obatan terlarang, dan pergaulan seks bebas. Dibutuhkan karakter yang kuat untuk bertahan dalam kehidupan yang keras, agar mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi di masa depan.

Fakta ini akan menjadi sangat memprihatiankan apabila kita selaku orang tua bersifat masa bodoh dengan pertumbuhan karakter buah hati kita. Dan yang pasti peningkatan mutu bagi anak-anak bangsa sampai kapanpun tidak akan pernah terwujud. Berdasarkan penguraian diatas maka penulis mangangkat sebuah tulisan yang berjudul ”Karakter Untuk Buah Hati Peningkatan Mutu bagi Anak Bangsa”  Di sini penulis mengamanatkan membangunan karakter anak sangat ditentukan olehpola asuh sejak dini dalam keluarga. Karena itu perlu dibangun keluarga yang kokoh untuk dapat melahirkan generasi-generasi penerus yang berkualitas ,berkarakter kuat yang bermanfaat besar dalam masyarakat. Yang harus berperan bukan hanya ibu, tetapi juga ayah. Bahkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan dimasa kecil sampai usia remaja sangat menentukan pembentukan karakter anak. Keluarga yang harmonis, dimana ayah dan ibu saling berinteraksi dengan kasih sayang akan memberikan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan karakter anak. Menurut Erikson, kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.

Hakikat Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. 2).Karakter juga bisa bermakna "huruf".

Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak etis  atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.

Alwisol menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.

Adapun karakter bangsa Indonesia yang dimiliki warga negara Indonesia dan berupaya diterapkan di sekolah-sekolah  antara lain.

1. Relijius

Kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai relijius merupakan pendidikan karakter bangsa yang utama. Melihat nilai relijius yang semakin memudar dalam perkembanggan zaman, maka harus diterapkan sejak dini dalam proses pendidikan baik formal ataupun tidak. Berdo’a sebelum dan sesudah belajar, berbuat baik kepada sesama, mengormati dan patuh kepada kedua orang tua dan sebagainya merupakan bentuk aplikatifnya. Jika sudah menyatu dan menjadi suatu kebutuhan maka akan melahirkan generasi bangsa yang berkualitas, sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

2. Jujur

Karakter bangsa yang kini menjadi sorotan pada berbagai aspek kehidupan adalah kejujuran. Sekarang, nilai kejujuran diumpamakan sebagai barang berharga yang sangat mahal. Lemahnya nilai kejujuran di sekolah, seperti, budaya menyontek, berbohong kepada guru akan berdampak terhadap proses pendidikan dan hasil yang akan diperoleh. Nilai kejujuran dapat dikembangkan melalui kantin kejujuran, sehingga materi atau pokok bahasan dalam mata pelajaran dapat langsung dipraktekkan. Kantin kejujuran merupakan salah satu strategi yang tepat agar siswa belajar dan berlatih mengimplementasikan nilai-nilai antikorupsi dan sebagai wadah bagi pendidikan kader calon pemimpin bangsa yang berwatak antikorupsi6.

3. Toleransi

Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, perilaku orang lain yang berbeda dari dirinya. Berbagai kerusuhan (tawuran) dan kekerasan (perusakan sarana umum) diminimalisasikan dengan saling bertoleransi. Rasa toleransi harus selalu tertanam dan dipahami agar generasi muda terlepas dari permasalahan. Tidak mungkin ada toleransi jika kelakuan moral tidak diperkenalkan secara baik melalui pendidikan karakter. Permasalahan timbul karena adanya perbedaan, karena itulah kita membutuhkan toleransi dalam proses pendidikan supaya tercipta suasana yang kondusif dan damai. Seperti menghargai guru, menghargai pendapat teman, saling membantu menuju kesuksesan.

4. Disiplin

Kedisiplinan membuat pelajar senantiasa menggunakan waktu dengan sebaiknya, dalam arti tidak menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat atau sia-sia. Dalam lingkup nilai disiplin, Indonesia masih jauh tertinggal dari bangsa lain yang sukses menerapkan nilai kedisiplinan. Kenyataan dilapangan, kebiasaan seperti terlambat masuk kelas/ menghadiri rapat, sering tidak hadir, (baik pengajar atau peserta didik), mengakhiri pelajaran sebelum waktunya masih sangat mudah ditemukan. Apabila dunia pendidikan gagal menanamkan sikap disiplin terhadap peserta didik, berarti para guru dan dosen siap mengantarkan bangsa di negeri ini kelapisan bawah dari bangsa-bangsa dunia yang telah maju peradabannya.

5. Kerja Keras      

Keberhasilan diperoleh melalui usaha. Kerja keras yang dilakukan meliputi rajin belajar, membuat tugas dengan sungguh-sungguh, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suksesnya penerapan kerja keras dalam melaksanakan hak dan kewajiban, akan melahirkan peserta didik yang mau berusaha, tanpa mengenal putus asa. Hal ini membuat siswa mau bekerja keras dalam mencapai tujuan akhir pendidikannya.

6. Kreatif

Alternatif lain yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan pemikiran yang kreatif. Siswa yang kreatif sangat diidamkan, karena mampu menghasilkan karya-karya yang baru seperti karya sastra, karya seni, tidak terbebani terhadap satu solusi serta jauh dari jiwa imitasi. Kreatifitas dapat menyeimbangkan otok kiri dengan otak kanan. Sehingga hasil karya anak bangsa seperti penciptaan robot sebagai tekhnologi dapat mengangkat pendidikan Indonesia dimata dunia.

7. Mandiri

Siswa mandiri akan terlepas dari ketergantungan terhadap bantuan yang diberikan oleh orang lain. Kemandirian sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan tugas sendiri, dan melengkapi bahan pembelajaran. Kemandirian melatih siswa untuk terbiasa menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Jadi, generasi muda harus mandiri dalam mengerjakan kewajiban yang telah diberikan.

8. Demokrasi

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 bab III pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pendidikan yang demokratis akan menghasilkan lulusan yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik. Demokrasi dapat berupa saling bertukar pendapat dalam forum diskusi, mengajukan pemikiran dalam musyawarah, memilih pemimpin kelas/ sekolah dan sebagainya.

9. Rasa Ingin Tahu

Minat dalam proses belajar adalah rasa ingin tahu terhadap materi yang disampaikan. Jika rasa ingin tahu selalu menjadi hal yang selalu dibiasakan, maka menerima materi akan mudah dirasakan. Rasa ingin tahu membuat siswa selalu menggali ilmu, mencari informasi, melakukan suatu hal yang baru.

10. Semangat Kebangsaan

Patriotisme menjadi modal awal dalam keinginan memajukan bangsa negara Indonesia. Dengan semangat kebangsaan, rasa saling berhubungan akan tetap terasa dalam mengisi hari kemerdekaan. Siswa yang patriotisme akan hikmat mengikuti upacara dan aktif dalam berbagai kegiatan kebangsaan seperti PMI.

11. Cinta Tanah Air

Dari nilai cinta tanah air, kepedulian terhadap bangsa dan Negara Indonesia yang sangat menonjol dalam kepribadian. Dalam segi aplikatif cinta tanah air dapat diwujudkan dengan kesetiaan, kepedulian terhadap bahasa dan lingkungan, membeli produk anak bangsa dan dalam berbagai aspeknya.

12. Menghargai Prestasi

Prestasi yang diperoleh harus dihargai sebagai buah perjuangan yang telah dipetik. Dengan berbagai sarana yaitu berbagi ilmu terhadap sesama, dan selalu menggali potensi diri.

13. Bersahabat dan Komunikasi

Dalam aspek pendidikan keberhasilan sesalu diraih dengan saling bekerja sama karena perasaan senang telah tercipta dan komunikasi yang berjalan dengan baik ( membentuk kelompok diskusi) akan meningkatkan proses belajar menjadi lebih efisien.

14. Cinta Damai

Kemampuan menciptakan suasana yang bersahabat dan bernuansa damai, sehingga keadaan yang kondusif dalam proses pembelajaran dapat diwujudkan. Permasalan diselesaikan dengan cara damai dan adil. Sikap menerima kekukurangan dan menghargai kelebihan dengan terbuka dan saling pengertian.

15. Gemar Membaca

Dengan gemar membaca, pelajar dapat membuka cakrawala yang luas. Pepatah mengatakan “Membaca Buku Berarti Membuka Jendela Dunia”. Informasi yang diperoleh menjadikan peserta didik memiliki potensi awal yang sangat baik, sehingga dapat mengaitkan berbagai ilmu yang dikuasai.

16. Peduli Lingkungan

Upaya yang dilakukan sebagai bentuk pencegahan terhadap kerusakan lingkungan. Implementasinya disekolah seperti membuang sampah pada tempatnya, dan menjaga kebersihan, kenyamanan lingkungan sekolah. Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi proses pembelajaran, seperti lingkungan belajar yang bersih akan menciptakan suasana senang sehingga pikiran lebih terbuka untuk menerima materi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang berjiwa sosial dengan saling membantu untuk mewujudkan kerukunan dan lingkungan yang damai serta sejahtera dalam dunia pendidikan. Apabila ada kemalangan dari warga sekolah diwujudkan dengan rasa empati, mengumpulkan dana bantuan.

18. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab berarti berani mengambil resiko terhadap tindakan yang telah diperbuat. Peserta didik sangat dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukannya, baik terhadap diri sendiri, lingkungan masyarakat dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hakikat Mutu

Menurut Crosby (dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:85) mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar yang telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi (Crosby, dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:85). Menurut Deming (dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:85) mutu ialah kesesuain dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Mutu ialah suatu kondisi dinamik yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dengan perubahan mutu tersebut, diperlukan peningkatan atau perubahan keterampilan tenaga kerja, proses produksi dan tugas, serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi dan melebihi harapan konsumen (Garvi dan Davis, dalam Hadis dan Nurhayati, 2010:86).

Dalam pandangan Zamroni ( 2007:2 ) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Jelaslah bahwa untuk menyiapkan masa depan yang gemilang bagi anak, setiap orang tua punya andil besar untuk mempersiapkannya bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Bukan hanya fasilitas yang lengkap, tapi kasih sayang dan penanaman nilai-nilai karakter yang baik Insyaallah akan menciptakan generasi-generasi yang tidak hanya cerdas tapi juga memiliki kwalitas diri yang membanggakan oleh negeri ini.

Pengirim : SRY DEWIYANA KOLLY (Guru SMK Muhammadiyah Bitung Kecamatan Girian Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara).

Daftar Pustaka :

1.   Cara mendidik anak usia dini balita agar cerdaspintar dan soleh http://www.Islamituindah.my/8-tips-lahirkan-anak-soleh
2.   Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Akademi Anak http://.www.pondokibu.com
3.   Pendidikan berkarakter meningkatkan mutu pendidikan http://kgtk.wordpress.com/2012/04/10/pendidikan-berkarakter-sebuah-solusi-meningkatkan-mutu-pendidikan/
4.   Pengertian karakter http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html
5.   Pengertian Mutu http://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/landasan-dan-problematika-dalam-pendidikan/peningkatan-mutu-pendidikan/

0 Response to "Cara dan Pentingnya Peran Orang Tua / Keluarga Dalam Membentuk Karakter dan Mutu Anak Bangsa"

Post a Comment