Ada hal yang menarik
dari kisah Uwais al-Qarni, mengutip dari laman NU.com dikisahkan Uwais al-Qarni adalah seorang anak dari Amir, sehingga
dia mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir al-Qairani, karena beliau lahir
dilahirkan di desa yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di kenal dengan
sebutan Uwais al-Qarni. Para ahli sejarah tidak menceritakan tanggal dan tahun
berapa beliau dilahirkan. Dikalangan para sufi beliau dikenal sebagai seorang
yang ta’at dan berbakti kepada kedua orang tua, dan kehidupannya yang amat
sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga dikenal sebagai orang sufi yang
mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar biasa yang dilimpahkan Allah SWT
kepadanya. Uwais Al-Qarni terkena
penyakit sopak, karena penyakit itu tubuhnya menjadi belang-belang. Walaupun
cacat tapi ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya,
seorang perempuan wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi
semua permintaan ibunya. sehingga tidaklah heran jikalau Allah Ta’ala memujinya
di kalangan penduduk langit,
Uwais
menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah, alangkah besar cinta
Uwais pada ibunya itu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi
memenuhi keinginan ibunya. Uwais berjalan tegap
menggendong ibunya wukuf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata
telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. Ya Allah,
ampuni semua dosa ibu. Bagaimana dengan
dosamu ? tanya sang Ibu keheranan. Uwais
menjawab, dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah
ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.
Itulah
keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunia
untuknya. Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya
tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Ada hikmah disisakan oleh Allah bulatan
putih ditengkuknya, sebagai tanda untuk Syaidina Umar dan Syaidina Ali, dua
sahabat Rasulullah agar dapat mengenali Uwais. Beliau
berdua sengaja mencari di sekitar Ka’bah karena Rasulullah berpesan, Di zaman
kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat mustajab. Kalian
berdua, pergilah cari dia, dia akan datang dari arah Yaman.
Dari
kisah Uwais al-Qarni terdapat beberapa poin nilai pendidikan yang bisa diambil
yaitu, Uwais al-Qarni mengajarkan kepada kita sebagai seorang anak diwajibkan
untuk berbakti kepada kedua orang tua, Uwais al-Qarni mengajarkan kepada kita seorang
anak harus segera memenuhi segala permintaan kedua orang tua, kemudian Uwais
al-Qarni mengajarkan kepada kita seorang anak harus merawat orang tua apabila
sudah tua renta denga penuh cinta dan keikhlasan dari hatinya. Dari kisah
tersebut seorang anak dilarang untuk bermuka masam dan cemberut dihadapan orang
tua, tidak boleh merendahkan, membentak bahkan memukul orang tua. Masih banyak
nilai pendidikan yang terkandung dari kisah Uwais al-Qarni tetapi pada
hakikatnya nilai pendidikan dari kisah Uwais al-Qarni tersebut cara seorang
anak berkati kepada kedua orang tua.
Ada
pertanyaan besar dalam hati kita, apakah kita sanggup melakukan seperti yang
dilakukan oleh Uwais al-Qarni ? tentu jawabannya ada pada diri masing-masing. Bagaimana
kenyataan pada zaman sekarang, tidak usah lah kita melihat terlalu jauh coba
kita bawakan kepada diri kita masing-masing sudahkah kita sudah berbakti kepada
orang tua kita, jangankan kita menggendong orang tua kita yang sudah tua renta seperti
apa yang dilakukan oleh Uwais al-Qarni, terkadang tanpa disadari telah menyakiti
perasaan orang tua kita, kita sering membantah apa yang disuruh orang tua,
berkata-kata yang tidak sopan, terkadang perlakukan kita kasar terhadap mereka,
ada juga yang sudah berani membentak bahkan memukul orang tuanya. Dengan
perlakukan yang tidak baik kepada orang tua berarti kita sudah menujukkan sikap
yang tidak lagi memuliakan orang tua. Apakah tidak sadar kalau bukan karena
orang tua kita mungkin kita tidak ada dalam dunia yang fana ini, dengan penuh
keikhlasan mereka merawat, menyepihnya, menadikan, menjaga, bahkan setiap malam
rela mengorbankan waktu tidurnya demi sang buah hati.
Mengutip
pendapat dari pakar pendidikan Islam mengatakan Allah swt sebagai pendidik pertama
menginginkan umat manusia menjadi baik dan bahagia hidupnya di dunia dan di
akhirat. Oleh karena itu, mereka harus memiliki etika dan bekal pengetahuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Allah swt mengirimkan nabi- nabi yang patuh dan
tunduk kepada kehendak-Nya. Allah juga memberikan
pendidikan kepada manusia melalui kandungan ayat qauliyah dan ayat kauniyah bahwa berbakti kepada Kedua orang tua adalah wajib,
sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Isra’ ayat 23 : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.(QS. Al-Isra: 23).
Dalam
Tafsir Al-Misbah ayat di atas
menjelaskan bahwa Tuhanmu
telah menetapkan agar kalian tidak menyembah kecuali kepada-Nya dan berbakti
kepada kedua orangtua dengan sebaik-baiknya. Apabila keduanya atau salah
satunya dalam keadaan lemah atau berusia lanjut, maka janganlah kamu bantah
ucapan dan sikap mereka dengan suara yang menunjukkan marah. Dan jangan
sekali-kali kamu menghardik keduanya. Akan tetapi berkatalah kepada keduanya
dengan perkataan yang baik, lembut dan penuh dengan kebaikan serta penghormatan
kepada keduanya.
Sudah sepatutnya kita mengambil ibrah dari kisah Uwais al-Qarni tentang cara berbakti kepada orang tua dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang dalam merawat orang tua yang sudah lanjut usia, setiap kisah pasti ada nilai- nilai pendidikan yang dapat kita ambil. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW ketika beliau ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau menjawab, Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu (HR Ibnu Majah).
Pengirim : Adi Putra Bunda (adihamka12@gmail.com) - Mahasiswa UIN Imam Bonjol
Padang
0 Response to "Nilai Pendidikan Dari Kisah Uwais Al-Qarni oleh Adi Putra Bunda, Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang"
Post a Comment